KENDARI, Matabuton.com-Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Buton Utara (Butur), Suhaemi Sudia Afirudin bersama jajaran pengurus inti, menghadiri Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Dekranasda Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang digelar di Ballroom Hotel Claro Kendari, Rabu (31/10/2025).
Rakerda Dekranasda Provinsi Sultra Tahun 2025 mengusung tema “Pemberdayaan Perajin untuk Kriya Berkelanjutan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Berbasis Ekonomi Kreatif.”
Kegiatan tersebut dibuka secara resmi oleh Gubernur Sultra, Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka, ditandai dengan pemukulan bedug. Ia didampingi Ketua DPRD Sultra La Ode Tariala bersama istri, Ketua Dekranasda Sultra Arinta Nila Hapsari Andi Sumangerukka, dan Wakil Ketua TP PKK Provinsi Sultra Ratna Lada Hugua.
Melalui kegiatan Rakerda ini, setiap Ketua Dekranasda Kabupaten/Kota se-Sultra diberi kesempatan selama lima menit untuk memaparkan dua program utama beserta tantangan yang dihadapi di daerah masing-masing.
Dalam forum tersebut, Ketua Dekranasda Butur Suhaemi Sudia Afirudin memaparkan sejumlah program unggulan Dekranasda Kabupaten Buton Utara, di antaranya pengembangan anyaman nentu dan wastra tenun Kambowa sebagai bentuk pelestarian kearifan lokal.
Menurutnya, upaya pelestarian kearifan lokal tidak hanya memiliki nilai budaya, tetapi juga berpotensi besar meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Lebih lanjut, Dekranasda Butur juga berupaya mengembangkan produk kerajinan berbahan dasar kulit kerang dan limbah kayu, yang diolah menjadi pernak-pernik perhiasan dan aksesori bernilai jual tinggi.
Terkait tantangan yang dihadapi, Suhaemi mengakui masih adanya keterbatasan sumber daya manusia di tengah melimpahnya potensi sumber daya alam di setiap kecamatan dan desa. Karena itu, pihaknya berkomitmen berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah melalui instansi terkait untuk mendorong pengembangan perajin lokal berbasis potensi daerah, baik melalui pelatihan keterampilan maupun sosialisasi program kerja kepada masyarakat, terutama pelaku UMKM.
“Banyak perajin yang masih mengalami kendala dalam inovasi desain, kualitas, dan pemasaran,” ungkapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kabupaten Buton Utara juga memamerkan berbagai produk unggulan daerah, seperti kerajinan anyaman nentu, wastra tenun Kambowa bermotif burung maleo, serta produk berbahan dasar echinoidea (bulu babi/landak laut) yang secara lokal dikenal sebagai sorowaki. Selain itu, turut dipamerkan pula beras Kambowa dan gula aren Wakorumba.
Menariknya, dari sejumlah produk yang dipamerkan, beras Kambowa ludes terjual, sementara gula aren dan kain tenun Kambowa juga diborong oleh salah satu pejabat pemerintah provinsi Sultra dan para pencinta produk lokal lainnya. (Adv)





 
 







































































 
 

 
  
  
  
  
 
 
 


 
  
  
  
 